Semua orang tahu, salju memang dingin, tetapi apakah kita boleh berharap salju bisa mendatangkan kehangatan?
Salju yang Hangat
Anak laki-laki itu berjalan sembari menyentak-nyentakkan
kakinya kesal dan mulutnya terus menggerutui apa yang telah terjadi padanya.
Dengan mantel super tebal, syal yang melingkar di
leher, topi wol yang menutupi kepala hingga telinganya, dan sarung tangan yang
menutupi kedua telapak tangannya, dia berjalan dengan langkah kaki lebar
menerjang badai salju yang tengah berlangsung.
Dia sama sekali tak peduli dengan kesehatan dan
keselamatannya, yang dia pikirkan hanyalah dia ingin pergi jauh dari rumah dan
tak ingin kembali lagi.
Sebenarnya kebiasaan seperti ini sering kali terjadi
dan selalu saja saat bertepatan dengan musim dingin, tepatnya ketika liburan
musim dingin sekolah telah tiba dan hujan salju tengah berlangsung.
Anak berumur 10 tahun tak mungkin tahu ke mana ia
harus melangkah jika ia sedang menyusahkan dirinya sendiri dengan cara kabur
dari rumah, tetapi tetap saja ia melangkahkan kakinya.
Seketika dia terjatuh, salju tebal yang menutupi
jalanan itu sungguh sangat menghambatnya untuk berjalan, terlebih lagi angin
berembus semakin kencang, padahal tempatnya berada sekarang tampak sunyi senyap
seakan tak ada tanda-tanda kehidupan.
Dia menatap langit malam, kemudian memejamkan
matanya seakan tengah memanjatkan do’a kepada Sang Pencipta.
Tak terlalu lama memanjatkan do’a dan harapan,
matanya beralih ke sebuah rumah dengan cerobong asap yang mengepulkan asap
hitam menandakan bahwa si empunya tengah menyalakan sebuah api penghangat
ruangan di perapian.
Anak laki-laki itu melangkah mendekati rumah
tersebut dan beberapa meter sebelum ia mencapai rumah itu, tiba-tiba pemilik
rumah membukakan pintunya seolah mereka sudah tahu bahwa mereka akan kedatangan
tamu.
Seorang gadis—yang seumuran dengannya—dengan sweater pink yang sangat manis muncul
dari balik pintu dan tersenyum padanya. Senyum yang seketika membuat pipinya
memerah dan memanas. Si gadis mempersilakan anak itu masuk.
Anak laki-laki itu terkejut bukan main melihat
keadaan rumah tersebut yang sangat berlawanan dengan keadaan rumahnya saat ini.
Sebuah keluarga utuh yang tengah berkumpul di ruang
perapian dengan senyum ramah dan manis yang terpampang jelas di wajah mereka,
cahaya lampu yang menerangi ruangan, bahkan yang membuatnya sangat bahagia
sekarang adalah karena berbagai macam makanan cemilan serta minuman hangat
tersedia di sana.
Sungguh sangat berlawanan dengan yang ada di
rumahnya.
Mengingat kembali keadaan rumahnya sekarang, anak
itu kembali menunduk lesu. Ia sama sekali tak mengerti sampai kapan keadaan
tersebut terus terjadi? Terlebih saat cuaca di luar tengah mengamuk dengan suhu
yang begitu rendah.
Sudah seharusnya saat-saat seperti itu diisi dengan
suasana hangat seperti keadaan keluarga yang ada di hadapannya ini, bukan
ruangan gelap, perapian tanpa api, gelas pecah di mana-mana, peralatan makan
yang berserakan di lantai, dan ... orang tua yang pisah ranjang.
Anak itu sama sekali tak menginginkan hawa dingin
yang timbul dari badai salju menjadi semakin dingin akibat dari kondisi yang
ada di rumahnya, ia sama sekali tak ingin. Semua orang tahu, salju memang
dingin, tetapi apakah kita boleh berharap salju bisa mendatangkan kehangatan?
Keajaiban pasti ada, jadi ... kehangatan itu pun
pasti ada, seperti sekarang. Meski kehangatan itu tak berasal dari keluarganya
sendiri, namun itu lebih baik daripada ia harus merasakan hawa salju dingin
yang semakin dingin karena terus berada di rumah.
Originale by Felisaries Fae
Theme : Slice of Life

![[CERPEN-SLICE OF LIFE] Salju yang Hangat cerpen slice of life](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnkoA5z5Nf1-Gih5n0kn6IKVAaAeAeyZ23yxjxDuMeligNf4f01ez7XltLHiqJWi7VEH9c30XwbnP3Rc3E2J_e1MyY2VmInXLK48ThB6oefHV_rL778sR-QosaIhr4OkBydUswzgrzK8GV/s16000/cerpen-slice-of-life.jpg)
0 Komentar