Advertisement

Main Ad

[CERPEN-SLICE OF LIFE] Salju yang Hangat

 

cerpen slice of life

Semua orang tahu, salju memang dingin, tetapi apakah kita boleh berharap salju bisa mendatangkan kehangatan?

Salju yang Hangat

Anak laki-laki itu berjalan sembari menyentak-nyentakkan kakinya kesal dan mulutnya terus menggerutui apa yang telah terjadi padanya.

Dengan mantel super tebal, syal yang melingkar di leher, topi wol yang menutupi kepala hingga telinganya, dan sarung tangan yang menutupi kedua telapak tangannya, dia berjalan dengan langkah kaki lebar menerjang badai salju yang tengah berlangsung.

Dia sama sekali tak peduli dengan kesehatan dan keselamatannya, yang dia pikirkan hanyalah dia ingin pergi jauh dari rumah dan tak ingin kembali lagi.

Sebenarnya kebiasaan seperti ini sering kali terjadi dan selalu saja saat bertepatan dengan musim dingin, tepatnya ketika liburan musim dingin sekolah telah tiba dan hujan salju tengah berlangsung.

Anak berumur 10 tahun tak mungkin tahu ke mana ia harus melangkah jika ia sedang menyusahkan dirinya sendiri dengan cara kabur dari rumah, tetapi tetap saja ia melangkahkan kakinya.

Seketika dia terjatuh, salju tebal yang menutupi jalanan itu sungguh sangat menghambatnya untuk berjalan, terlebih lagi angin berembus semakin kencang, padahal tempatnya berada sekarang tampak sunyi senyap seakan tak ada tanda-tanda kehidupan.

Dia menatap langit malam, kemudian memejamkan matanya seakan tengah memanjatkan do’a kepada Sang Pencipta.

Tak terlalu lama memanjatkan do’a dan harapan, matanya beralih ke sebuah rumah dengan cerobong asap yang mengepulkan asap hitam menandakan bahwa si empunya tengah menyalakan sebuah api penghangat ruangan di perapian.

Anak laki-laki itu melangkah mendekati rumah tersebut dan beberapa meter sebelum ia mencapai rumah itu, tiba-tiba pemilik rumah membukakan pintunya seolah mereka sudah tahu bahwa mereka akan kedatangan tamu.

Seorang gadis—yang seumuran dengannya—dengan sweater pink yang sangat manis muncul dari balik pintu dan tersenyum padanya. Senyum yang seketika membuat pipinya memerah dan memanas. Si gadis mempersilakan anak itu masuk.

Anak laki-laki itu terkejut bukan main melihat keadaan rumah tersebut yang sangat berlawanan dengan keadaan rumahnya saat ini.

Sebuah keluarga utuh yang tengah berkumpul di ruang perapian dengan senyum ramah dan manis yang terpampang jelas di wajah mereka, cahaya lampu yang menerangi ruangan, bahkan yang membuatnya sangat bahagia sekarang adalah karena berbagai macam makanan cemilan serta minuman hangat tersedia di sana.

Sungguh sangat berlawanan dengan yang ada di rumahnya.

Mengingat kembali keadaan rumahnya sekarang, anak itu kembali menunduk lesu. Ia sama sekali tak mengerti sampai kapan keadaan tersebut terus terjadi? Terlebih saat cuaca di luar tengah mengamuk dengan suhu yang begitu rendah.

Sudah seharusnya saat-saat seperti itu diisi dengan suasana hangat seperti keadaan keluarga yang ada di hadapannya ini, bukan ruangan gelap, perapian tanpa api, gelas pecah di mana-mana, peralatan makan yang berserakan di lantai, dan ... orang tua yang pisah ranjang.

Anak itu sama sekali tak menginginkan hawa dingin yang timbul dari badai salju menjadi semakin dingin akibat dari kondisi yang ada di rumahnya, ia sama sekali tak ingin. Semua orang tahu, salju memang dingin, tetapi apakah kita boleh berharap salju bisa mendatangkan kehangatan?

Keajaiban pasti ada, jadi ... kehangatan itu pun pasti ada, seperti sekarang. Meski kehangatan itu tak berasal dari keluarganya sendiri, namun itu lebih baik daripada ia harus merasakan hawa salju dingin yang semakin dingin karena terus berada di rumah.


Originale by Felisaries Fae

Theme : Slice of Life

Posting Komentar

0 Komentar