Tanpa ada persiapan, tau-tau sudah tunangan saja, haha. Bukan seperti itu, hanya saja aku nggak sempat buat menulis bagaimana persiapan-persiapan yang aku lakukan untuk menyambut hari spesial ini yang mungkin saja bisa bermanfaat untuk kamu (yang belum tunangan).
Persiapan? Berbicara tentang persiapan tunangan menurutku pribadi relatif. Tergantung acara seperti apa yang kamu harapkan dalam tunangan itu.
Karena sebagian orang hanya menggelarnya dengan sangat sederhana yaitu pertemuan antar dua keluarga saja, dan sebagiannya lagi ada yang menggelarnya dengan cukup besar hingga ada acara jejamuan pada tamu-tamu yang diundang.
Dan aku adalah salah satu orang yang memilih pilihan yang kedua. Lalu... siapa sangka kalau hal tersebut mendatangkan suatu perdebatan?
Persiapan yang Setengah Matang
Aku menyebut ini karena kenyataannya kami memang belum terlalu matang dalam mempersiapkannya.
Takdirnya, kami dipertemukan dalam daerah yang berbeda, maksudnya kami LDR, aku asli dari Tegal, calon suami asli dari Indramayu, jadi pastinya kami perlu budget yang lebih banyak terutama dalam hal transportasi.
Ditambah lagi ada beberapa kendala lain yang tidak bisa kami ceritakan di sini. Intinya problem terbesar dalam menggelar acara sakral memang kalau tidak di keuangan ya adat tradisi, hehe.
Dua-duanya kami mengalami hal tersebut. Perbedaan adat dan harapan dari dua kepala cukup membuat hambatan kecil-kecil dalam persiapan kami, hal tersebut yang mungkin ikut andil dalam “setengah matang”-nya persiapan tunangan kami.
Terlebih saat itu dari pihakku ingin memajukan tanggal tunangan. Rasanya riweuh sekali saat itu, tapi aku menikmatinya meskipun di bawah frustrasi, haha.
Yang menjadikan ketidakmatangan itu mungkin kurangnya komunikasi yang kompak dan kurangnya pengalaman dalam menghadapi sebuah acara sakral. Alhasil pun kami tidak mendapatkan acara yang 100% sesuai harapan walaupun berjalan sangat lancar.
Aku tidak akan menyalahkan pihak manapun, ini pure kesalahan aku dan dia yang memang kurang pengalaman dalam menyiapkan segala sesuatu untuk acara yang baru pertama kali ini akan kami jalani.
Jadi, menurutku sendiri, hal tersebut wajar dan tidak salah. Hanya saja, mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kami lebih kompak dan lebih cermat lagi dalam mencari “support system”.
Maka dari itu, pesan untuk kamu yang mau tunangan adalah....
...nanti di akhir tulisan ini saja, xixixi.
Perbedaan Pilihan Jenis Acara
Seperti yang sudah aku singgung pada paragraf pembuka sebelumnya, aku adalah salah satu dari orang-orang yang memilih penggelaran acara tunangan yang cukup besar. Dan rupanya hal tersebut menimbulkan perdebatan.
Aku tidak kaget, karena aku memahami bahwa kami lahir dan hidup pada lingkungan dan daerah yang berbeda. Jelas sekali kalau ingin menggelar acara sakral seperti ini pun pasti akan menimbulkan perdebatan.
Doi ingin menggelar acara yang sederhana saja, tetapi dari pihakku ingin acara yang mengundang orang-orang dan ada jejamuannya. Aku tidak tahu apa yang dirasakannya, tapi doi tetap meng-iya-kan calon keluarganya ini (meskipun aku yakin dia pasti *nggrundel di hatinya, wkwk).
Perdebatan ini masih terus berlangsung bahkan hingga saat kami mendiskusikan tentang pernikahan kami. Namun aku sendiri masih mencoba menikmati proses ini meskipun kami selalu cekcok tanpa henti.
Penentuan Tanggal Tunangan
Hal ini sempat menjadi salah satu kendala kami. Persiapan yang tidak terlalu matang rupanya berdampak pada penentuan tanggal kami juga. Tanggal tunangan kami sempat mengambang tidak jelas.
Awalnya kami sepakat untuk tunangan setelah lebaran 2021 ini, namun akhirnya kami majukan lagi karena suatu alasan. Akhirnya secara mendadak kami harus menyiapkan semuanya hingga beres.
Namun ada saja permasalahannya. Ada keluargaku yang tidak setuju, alasannya karena harinya jatuh mendekati hari meninggalnya nenek. Takut kena sial.
Soal penentuan tanggal untuk acara sakral memang agaknya krusial bagi masyarakat Jawa, ya. Tapi, mau bagaimana lagi? Btw, keluargaku protes seperti itu pas H-5. Tidak ada yang bisa diubah, jadi tunangan akan dilakukan sesuai penentuan tanggal “revisi” ini.
Hujan Menghambat atau Memberikan Berkah?
Kami tunangan 30 Maret 2021 kemarin. Masih berada dalam musim hujan, aku tak menyangka kalau awal hari itu disambut oleh hujan rintik-rintik dari malam dan masih berlangsung hingga pagi. Aku dan sekeluarga tentu dilanda cemas.
Namun, beruntungnya, hujan tidak terlalu deras. Tapi tetap saja membuat hati dan pikiran tidak tenang.
Aku berharap hujan ini membawa keberkahan, dan untungnya apa yang aku harapkan bisa terwujud. Hujan reda tepat beberapa waktu sebelum acara dimulai dan keluarga doi sampai di rumah.
Jadi aku anggap ini hujan sebagai berkah ya, bukan hambatan, xixixi. Tapi tetap saja sempat membuat cemas dan gelisah.
Kesan dan Pesan Pengalaman Pertama Kali Tunangan
Kesanku... aku tetap bersyukur dan senang banget, karena akhirnya aku sama calon suami sudah melangkah lebih dekat dengan tujuan utama kami.
Walaupun dihiasi dengan banyak kendala seperti di atas itu, tapi aku menganggap itu semua memang rintangan kami dalam mewujudkan mimpi bersama.
Meski masih sempat sama-sama nggrundel karena ketidakmatangan persiapan itu, tapi tak apa. Hal itu wajar terjadi dalam setiap momen, tidak semuanya bisa berjalan sempurna 100%.
Pesan aku untuk kamu yang lagi menuju ke tujuan tunangan yang paling utama tentu saja persiapan yang matang, ya.
Persiapan matang tersebut bisa berupa kekompakan kalian dalam menentukan rencana, segala sesuatunya, mulai dari segi keuangan hingga semua hal yang mendukung acara itu harus kalian persiapkan bersama jauh-jauh hari. Itu lebih baik daripada harus mendadak atau waktu yang singkat untuk persiapan.
Kekompakan juga bisa dalam bentuk baiknya kualitas komunikasi kamu dan pasangan dalam artian harus sama-sama menentukan acara tanpa ada keegoisan masing-masing.
Rencana acara yang kalian pilih memang benar-benar atas kesepakatan bersama tanpa ada hati-hati yang nggrundel, ya, haha. Benar-benar legowo dalam memutuskan acara apa yang kalian berdua inginkan.
Jangan lupa untuk selalu melibatkan orang tua. Meskipun ini acaranya kalian, tapi tetap saja kalian masih mempunyai orang tua yang masing bertanggung jawab atas dirimu. Jadi, masing-masing dari kalian juga perlu berdiskusi juga bareng orang tua kalian.
Kalau kalian mengalami hal serupa kayak aku alias memiliki perbedaan adat dan lingkungan yang signifikan, aku sarankan, cobalah untuk diskusi baik-baik dengan kepala dingin.
Tak boleh memilih egomu atau egonya, kalian harus mengambil jalan tengah atas kesepakatan bersama. Supaya nantinya nggak akan ada masalah yang berkelanjutan.


0 Komentar